Selamat Datang di Dunia Keperawatan

Rabu, 27 Juni 2012

Ventilator mekanik

 
1. Pengertian 
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan   ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama (Brunner and Suddarth, 2001).
Merawat pasien pada ventilator mekanis telah menjadi bagian integral dari asuhan keperawatan di unit perawatan kritis, di unit medikal bedah umum, di fasilitas perawatan yang luas, dan bahkan di rumah. Perawat, dokter, dan ahli terapis pernapasan harus mengerti masing-masing kebutuhan pernapasan spesifik pasien dan bekerja bersama untuk membuat tujuan yang realistis. Rumusan penting untuk hasil pasien yang positf termasuk memahami prinsip-prinsip ventilasi mekanis dan perawatan yang dibutuhkan dari pasien, juga komunikasi terbuka diantara tim perawatan kesehatan tentang tujuan terapi, rencana penyapihan (weaning), dan toleransi pasien terhadap perubahan dalam pengesetan ventilator.


2. Klasifikasi Ventilator
     Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.
     Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif. Ventilator tekanan-positif juga termasuk klasifikasi metoda fase inspirasi akhir (tekanan-bersiklus, waktu-bersiklus dan volume-bersiklus).
a.    Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara untuk mengalir ke dalam paru-paru, sehingga memenuhi volumenya. Secara fisiologis, jenis ventilasi terbaru ini serupa dengan ventilasi spontan. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungan dengan kondisi neurovaskular seperti poliomielitis, distrofimuskular, sklerosis lateral amiotrofik, dan miasteniagravis. Penggunaannya tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilatori sering.
Ventilator tekanan negatif adalah alat yang mudah digunakan dan tidak membutuhkan intubasi jalan nafas pasien. Ventilator ini digunakan paling sering untuk pasien dengan fungsi pernafasan borderline akibat penyakit neuromuskular. Akibatnya, ventilator ini sangat baik untuk digunakan di lingkungan rumah. Terdapat beberapa jenis ventilator tekanan negatif: iron lung, body wrap, dan chest cuirass.
 Drinker Respirator Tank (Iron Lung). Iron Lung adalah bilik tekanan negatif yang digunakan untuk ventilasi. Alat ini pernah digunakan secara luas selama epidemik polio pada masa lalu dan sekarang digunakan oleh pasien-pasien yang selamat dari penyakit polio dan kerusakan neuromuskular lainnya.
         Body Wrap (Pneumowrap) dan Chest Cuirass (Tortoise Shell). Kedua alat portabel ini membutuhkan sangkar atau shell yang kaku untuk menciptakan bilik tekanan negatif disekitar toraks dan abdomen. Karena masalah-masalah dengan ketepatan ukuran dan kebocoran sistem, jenis ventilator ini hanya digunakan dengan hati-hati pada pasien tertentu.
b.  Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas, serupa dengan mekanisme di bawah, dan dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Ekspirasi terjadi secara pasif.
Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakea atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan di lingkungan rumah sakit dan meningkat penggunaannya di rumah untuk pasien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif, yaitu:
1.    Ventilator Tekanan-Bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain, siklus ventilator hidup, mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai, dan kemudian siklus mati. Keterbatasan utama dengan ventilator jenis ini adalah bahwa  volume udara atau oksigen dapat beagam sejalan dengan perubahan tahanan atau kompliens jalan napas pasien. Akibatnya adalah suatu ketidakkonsistensian dalam jumlah volume tidal yang dikirimkan dan kemungkinan mengganggu ventilasi. Konsekuensinya, pada orang dewasa, ventilator tekanan-bersiklus dimaksudkan hanya untuk penggunaan jangka pendek di ruang pemulihan. Jenis yang paling umum dari ventilator jenis ini adalah mesin IPPB.
2.    Ventilator Waktu-Bersiklus
Ventilator waktu-bersiklus mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah waktu yang ditentukan. Volume udara yang diterima pasien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara. Sebagian besar ventilator mempunyai frekuensi kontrol yang menentukan frekuensi pernapasan, tetapi waktu-pensiklus murni jarang digunakn untuk orang dewasa. Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi.
3.    Ventilator Volume-Bersiklus
Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan-positif yang paling banyak digunakan sekarang. Dengan ventilator jenis ini, volume udara yang akan dikirimkan pada setiap inspirasi telah ditentukan. Mana kala volume preset ini telah dikirimkan pada pasien, siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Dari satu nafas ke nafas lainnya, volume udara yang dikirimkan oleh ventilator secara relatif konstan, sehingga memastikan pernapasan yang konsisten, adekuat meski tekanan jalan nafas beragam.
c. Gambaran dan Pengesetan Volume Vetilator
     Berbagai gambaran digunakan dalam penatalaksanaan pasien pada ventilator mekanis. Ventilator disesuaikan sehingga pasien merasa nyaman dan ”dalam harmoni” dengan mesin. Perubahan yang minimal dari dinamik kardiovaskuler dan paru diharapkan. Jika volume ventilator disesuaikan dengan tepat, kadar gas darah arteri pasien akan terpenuhi dan akan ada sedikit atau tidak ada sama sekali gangguan kardiovaskuler.
       Pengesetan awal ventilator setting :
1.      Atur mesin untuk memberikan volume tidal yang dibutuhkan (10-15 ml/kg).
2.      Sesuaikan mesin untuk memberikan konsentrasi oksigen terendah untuk mempertahankan PaO2 normal (80-100 mmHg). Pengesetan ini dapat diatur tinggi dan secara bertahap dikurangi berdasarkan pada hasil pemeriksaan gas darah arteri.
3.      Catat tekanan inspiratori puncak.
4.      Atur cara (bantu-kontrol atau ventilasi mandatori intermiten) dan frekuwensi sesuai dengan program medik dokter.
5.      Jika ventilator diatur pada cara bantu kontrol, sesuaikan sensivitasnya sehingga pasien dapat merangsang ventilator dengan upaya minimal (biasanya 2 mmHg dorongan inspirasi negatif).
6.      Catat volume 1 menit dan ukur tekanan parsial karbondioksida (PCO2) dan PO2, setelah 20 menit ventilasi mekanis kontinu.
7.      Sesuaikan pengesetan (FO2 dan frekuwensi) sesuai dengan hasil pemeriksaan gas darah arteri atau sesuai dengan yang ditentukan oleh dokter.
8.      Jika pasien menjadi bingung atau agitasi atau mulai “Bucking” ventilator karena alasan yang tidak jelas, kaji terhadap hipoksemia dan ventilasikan manual pada oksigen 100% dengan bag resusitasi.

d.   Indikasi Ventilasi Mekanis
          Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan pH), maka ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti pascaoperatif bedah toraks atau abdomen, takar lajak obat, penyakit neuromuskular, cedera inhalasi, PPOM, trauma multipel, syok, kegagalan multisistem, dan koma semuanya dapat mengarah pada gagal nafas dan perlunya ventilasi mekanis. Kriteria untuk ventilasi mekanis berfungsi sebagai pedoman dalam membuat keputusan untuk menempatkan pasien pada ventilator. Pasien dengan apnea yang tidak cepat pulih juga merupakan kandidat untuk ventilasi mekanis.
e.  Komplikasi Ventilasi Mekanis
          Pasien dengan ventilator mekanis memerlukan observasi, keterampilan dan asuhan keperawatan berulang. Komplikasi yang dapat terjadi dengan terapi ventilator ini adalah:
1.    Komplikasi pada jalan nafas
          Aspirasi dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Kita dapat meminimalkan resiko aspirasi setelah intubasi dengan mengamankan selang, mempertahankan manset mengembang, dan melakukan penghisapan oral dan selang kontinu secara adekuat. Bila resusitasi diperpanjang dan distensi gastrik terjadi, jalan nafas harus diamankan sebelum memasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung. Bila aspirasi terjadi potensial untuk terjadinya SDPA meningkat.
          Kebanyakan pasien dengan ventilator perlu dilakukan restrein pada kedua tangan, karena ekstubasi tanpa disengaja oleh pasien sendiri dengan aspirasi adalah komplikasi yang pernah terjadi. Selain itu self-extubation dengan manset masih mengembang dapat menimbulkan kerusakan pita suara.
          Prosedur intubasi itu sendiri merupakan resiko tinggi. Contoh komplikasi intubasi meliputi:
a.    Intubasi lama dan rumit         meningkatkan hipoksia dan trauma trakea.
b.    Intubasi batang utama (biasanya kanan)       ventilasi tak seimbang, meningkatkan laju mortalitas.
c.    Intubasi sinus piriformis (jarang)        abses faringeal
          Pnemonia Pseudomonas sering terjadi pada kasus intubasi lama dan selalu kemungkinan potensial dari alat terkontaminasi.
2.    Masalah Selang Endotrakeal
          Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat terjadi. Alternatifnya, karena posisi selang pada faring, orifisium ke telinga tengah dapat tersumbat, menyebabkan otitis media berat, kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau telinga atau terjadi demam dengan etiologi yang tidak diketahui, sinus dan telinga harus diperiksa untuk kemungkinan sumber infeksi.
          Beberapa derajat kerusakan trakeal disebabkan oleh intubasi lama. Stenosis trakeal dan malasia dapat diminimalkan bila tekanan manset diminimalkan. Sirkulasi arteri dihambat oleh tekanan manset kurang lebih 30 mm/Hg. Penurunan insiden stenosis dan malasia telah dilaporkan dimana tekanan manset dipertahankan kurang lebih 20 mm/Hg. Bila edema laring terjadi, maka ancaman kehidupan paskaekstubasi dapat terjadi.
3.    Masalah Mekanis
Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2-4 jam ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT tidak adekuat disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit atau manset, selang atau ventilator terlepas, atau obstruksi aliran. Selanjutnya disebabkan oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme berat, spasme batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal.
Secara latrogenik menimbulkan komplikasi melampaui kelebihan ventilasi mekanis yang menyebabkan alkalosis respiratori dan karena ventilasi mekanis menyebabkan asidosis respiratori atau hipoksemia. Penilaian GDA menentukan efektivitas ventilasi mekanis. Perhatikan, bahwa pasien PPOM diventilasi pada nilai GDA normal mereka, yang dapat melibatkan kadar karbondioksida tinggi.
4.    Barotrauma
Ventilasi mekanis melibatkan “pemompaan” udara kedalam dada, menciptakan tekanan positif selama inspirasi. Bila TEAP ditambahkan, tekanan ditingkatkan dan dilanjutkan melalui ekspirasi. Tekanan positif ini dapat menyebabkan robekan alveolus atau emfisema. Udara kemudian masuk ke area pleural, menimbulkan tekanan pneumotorak-situasi darurat. Pasien dapat mengembangkan dispnea berat tiba-tiba dan keluhan nyeri pada daerah yang sakit. Tekanan ventilator menggambarkan peningkatan tajam pada ukuran, dengan terdengarnya bunyi alarm tekanan. Pada auskultasi, bunyi nafas pada area yang sakit menurun atau tidak ada. Observasi pasien dapat menunjukkan penyimpangan trakeal. Kemungkinan paling menonjol menyebabkan hipotensi dan bradikardi yang menimbulkan henti jantung tanpa intervensi medis. Sampai dokter datang untuk dekompresi dada dengan jarum, intervensi keperawatannya adalah memindahkan pasien dari sumber tekanan positif dan memberi ventilasi dengan resusitator manual, memberikan pasien pernafasan cepat.
5.    Penurunan Curah Jantung.
Penurunan curah jantung ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien pertama kali dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan tonus simpatis dan menurunnya aliran balik vena. Selain itu hipotensi adalah tanda lain dan gejala dapat meliputi gelisah yang tidak dapat dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran, penurunan haluarana urine, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat, pucat, lemah, dan nyeri dada. Hipotensi biasanya diperbaiki dengan meningkatkan cairan untuk memperbaiki hipovolemia.
6.    Keseimbangan air positif
Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan reseptor vagal pada atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini merangsang pengeluaran hormon antidiuretik dari hipofise posterior. Penurunan curah jantung menimbulkan penurunan haluaran urine melengkapi masalah dengan merangsang respons aldosteron renin-angiotensin. Pasien yang bernafas secara mekanis, hemodinamik tidak stabil, dan yang memerlukan jumlah besar resusitasi cairan dapat mengalami edema luas, meliputi edema sakral dan fasial.

Anymous. 2006. Ventilator mekanik. diakses dari http://wikipedia.org/wiki/Mechanical_ventilation pada tanggal 13 Desember 2010.
Anymous. 2008. Weaning from a ventilator diakses dari httpm://www/northeastcenter.com/weaning from a ventilator.htm pada tanggal 13 Desember 2010.
Hudak, Carolyn dkk.1997. Keperawatan Kritis Volume 1. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta: EGC
Wong, D.L. et all. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik vol 2. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar