Selamat Datang di Dunia Keperawatan

Rabu, 27 Juni 2012

Pengkajian fisik sistem respirasi

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada kondisi klinis, perawat merupakan orang pertama yang berjumpa atau mendeteksi perubahan kondisi klien tanpa memperhatikan latar belakangnya. Oleh karen itu, kemampuan berfikir dan menginterpretasi secara kritis arti perilaku klien dan perubahan fisik yang ditampilkan merupakan hal yang sangat penting bagi perawat. Keterampilan pengkajian keperawatan menjadikan alat kuat bagi perawat untuk mendeteksi perubahan, baik yang masih terlihat ringan maupun nyata terjadi pada kondisi kesehatan klien. Pengkajian keperawatan memungkinkan perawat untuk mengkaji pola yang mencerminkan masalah kesehatan dan mengevaluasi perkembangan klien sejalan dengan terapi.
Pengkajian keperawatan yang lengkap melibatkan peninjauan yang lebih rinci terhadap kondisi klien. Perawat mengumpulkan riwayat keperawatan dan melakukan pemeriksaan perilaku juga fisik. Riwayat kesehatan melibatkan wawancara yang lama dengan klien untuk mendapatkan data subjektif. Selain itu, pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada etiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Kondisi dan respon klien mempengaruhi luasnya pemeriksaan. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengruhi terapi yang diterima klien dan menentukan respon terhadap terapi tersebut (Muttaqin, 2010).
Pemeriksaan sistem respirasi merupakan satu dari sistem-sistem yang ada pada tubuh manusia. Pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan data objektif yang dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
B.    Tujuan
a.    Mahasiswa dapat memahami dan melakukan pemeriksaan fisik inspeksi pada sistem respirasi
b.    Mahasiswa dapat memahami dan melakukan pemeriksaan fisik palpasi pada sistem respirasi
c.    Mahasiswa dapat memahami dan melakukan pemeriksaan fisik pekusi pada sistem respirasi
d.    Mahasiswa dapat memahami dan melakukan pemeriksaan fisik auskultasi pada sistem respirasi


BAB II
Landasan Teoritis


A.    Pengertian
Pengkajian pada sistem pernafasan adalah satu dari komponen dari proses keperawatan yang merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan sistem pernafasan dari klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan (Muttaqin, 2010).

B.  Tujuan pemeriksaan fisik

Meliputi hal-hal berikut ini:
1.  Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2.  Untuk menambah, mengonfisrmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.
3.  Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosis keperawatan.
4.  Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaannnya.
5.  Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan keperawatan.

C.  Pengkajian umum
1.  Keluhan utama
Dalam membuat riwayat keperawatan yang berhubungan dengan dengan gangguan sistem pernafasan , sangat penting untuk mengenal tanda dan gejala umum maupun pernafasan. Yang termasuk keluhan utama sistem pernafasan adalah batuk, produksi sputum berlebih, batuk darah, sesak nafas, dan nyri dada. Sedangkan, keluhan secara umum meliputi: keluhan adanya jari tabuh dan manifestasi lain yang berkaitan dengan gangguan pertukaran gas, malaise, nafsu makan menurun BB menurun secara drastis dan keringat malam.

2.  Riwayat kesehatan saat ini
Pengkajian RPS sistem pernafasan seperti menanyakan tentang perjalanan sejak timbul keluan hingga klien meminta pertolongan. Misalnya:
a.  Sejak kapan keluhan dirasakan
b.  Berapa lama dan berapa kali keluhan terjadi
c.  Bagaimana sifat dan hebatnya keluhan timbul
d.  Apa yang sedang dilakukan ketika keluhan terjadi
e.  Keadaan yang memperberat dan memperingan keluhan
f.   Usaha mengatasi keluhan
g.  Berhasil atau tidak tindakan yang dilakukan

3.  Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan penyakit-penyakit yang pernah dialami dahulu, misalnya:
a.  Apakah pernah dirawat sebelumnya
b.  Penyakit yang diderita
c.  Apa pernah mengalami penyakit berat
d.  Pengobatan lalu dan alergi
e.  Riwayat diet

4.  Riwayat keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan sistem pernafasan merupakan hal yang penting untuk mendukung keluhan dari penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang memberikan predisposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak nafas, batuk lama, batuk darah dari generasi terdahulu. Adanya riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi juga memperberat keluhan penderita.

5.  Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya, kebiasaan sosial:
a.  Menanyakan kebiasaan pola hidup misal: minum alkokol atau obat-obat tertentu
b.  Kebiasaan merokok terkait berapa lama, berapa batang dan jenis.

6.  Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan prilaku klien. Masalah sistem kesehatan pernafasan yang dialami klien lebih banyak merupakan penyakit kronis sehingga tingkat stress emosional dan mekanisme koping digunakan berbeda-beda.

D. Pemeriksaan fisik pernafasan :
1.  Inspeksi
Inspeksi dilakukan untuk melihat keadaan umum sistem pernafasan dan nilai adanya tanda-tanda abnormal seperti adanya tanda sianosis, pucat, kelelahan, sesak nafas, batuk penilaian produksi sputum dan lainnya. Dalam melakukan pengkajian fisik secara inspeksi, maka perawat perlu memahami kondisi sistem pernafasan dalam rongga torak secara imajiner. Hal ini sangat berguna bagi perawat memeriksa kondisi normal dan abnormal dari interpretasi pemeriksaan fisik.
1)  Bentuk dada
Penilaian bentuk dada secara inspeksi untuk melihat seberapa jauh kelainan yang terjadi pada klien. Bentuk dada normal pada dada orang dewasa adalah diameter anteroposterior dalam proporsi diameter lateral 1:2. Bentuk dada yang biasa didapat seperti:
  • Bentuk dada thoraks phthisis (panjang dan gepeng)
  • Bentuk dada thoraks en batuu (toraks dada burung)
  • Bentuk dada toraks emfisematous  (barrel chest) didapat apabila diameter anteroposterior berbanding proporsi diameter lateral adalah 1:1 kata lainnya adalah bentuk dada tong
  • Bentuk dada toraks vektus ekskavatus  (funnel chestatau dada cekung kedalam)
 2)    Kurvatura tulang belakang
Penilaian kurvatura normal tulang belakang biasanya konveks pada bagian dada dan konkaf sepanjang leher dan pinggang. Kalau dilihat dari samping lengkung columna vetebralis memperlihatkan empat kurva atau lengkung anterior posterior, lengkung vertikal pada daerah leher melengkung kedepan, daerah torakal melengkung kebelakang, daerah lumbal melengkung kedepan, dan daerah velvis melengkung kebelakang.
Penilaian anatomis kurvatura sangat penting pada setiap segmen dari tulang belakang, orientasi yang baik dari perawat terhadap pengenalan kurvatura tulang belakang akan memudahkan perawat dalam mengenal deformitas pada setiap segmen dari tulang belakang.

Deformitas tulang belakang yang sering terjadi yang perlu diperhatikan meliputi:
  • Skoliasis (pembengkokan tulang belakang kearah lateral)
  • Kifosis ( kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
  • Lordosis (membebek, kurvatura/pembengkokan tulang belakang bagian pinggang yang belebihan)

3)    Gerakan pernafasan dan kesimetrisan
Penilaian lain yang mendukung pemeriksaan sistem pernafasan adalah dengan menilai gerakan pernafasan klien, perawat dapat menilai kesimetrisan dada klien secara selintas pandang. Adanya satu sisi cembung pada pemeriksaan inspeksi dapat mengindikasikan ada suatu proses didalam rongga toraks oleh karena penimbunan air, nanah, udara dirongga pleura, aneurisma aorta, cairan dalam rongga perikard, tumor paru/mediastinum, pembesaran jantung atau abses hati.
Perhatikan adanya asimetri gerakan dinding dada anterior dan psoterior. Penilaian terhadap ekspansi lobus atau paling baik di inspeksi dari belakang klien, dengan memperhatikan kedua klavikula selama pernafasan sedang. Gerakan yang berkurang menunjukkan penyakit paru yang mendasarinya. Sisi yang terkena akan memperlihatkan gerakan yang terlambat atau menurun. Untuk penilaian ekspansi lobus bawah diperlukan inspeksi serta palpasi anterior dan posterior.
Gerakan dinding dada unilateral yang berkurang dapat disebabkan oleh fibrosis paru yang terlokalisir, konsolidasi, kolaps, efusi pleura, atau pneumothoraks. Berkurang nya pergerakan diding dada bilateral menunjukkan adanya kelainan difus seperti adanya hambatan jalan nafas kronik atau fibrosis paru difus. Ekskursi diafragmatik yang menurun mungkin pampak pada klien dengan efusi pleural dan emfisema. Peningkatan dalam tekanan intra abdomen, seperti yang terjadi pada kehamilan atau asites dapat menyebabkan letak diafragma menjadi tinggi.

2.    Palpasi
Tujuan pemeriksaan palpasi rongga dada meliputi:
1)    Melihat adanya kelainan pada dinding toraks
2)    Menyatakan adanya tanda-tanda penyakit paru dengan memeriksa:

a)    Gerakan dinding thorak anterior
  • Letakkan kedua tangan pada dada klien sehingga kedua ibu jari memeriksa terletak digaris tengah ditas sternum
  • Ketika klien mengambil nafas dalam-dalam, maka kedua kedua ibu jari tangan harus bergerak secara simetris dan terpisah satu sama lain minimal 5 cm. Ekspansi yang berkurang  pada satu sisi menunjukkan adanya lesi pada sisi tersebut.
b)    Ekspansi dada posterior
  • Ekspansi dinding bawah dinilai dari arah belakang dengan palpasi. Beberapa hal mengenai lobus atas dan media mungkin ditemukan bila manuver tersebut diulangi pada dada depan, tetapi lebih bik dengn inspeksi
  • Ibu jari tangan kanan dan kiri harus bertemu digaris tengah dah harus agak terangkat dari dinding dada sehingga dapat bergeraak bebas sesuai irama pernafasan.
  • Ekspansi lobus bawah dinilai dari arah belakang dengan palpasi. Beberapa hal mengenai ekspansi lobus ats dan media mungkin ditemukan bila manuver tersebut diulangi pada dada depan, tetapi lebih baik dengan inspeksi. 
  • Getaran suara (fremitur vokal) getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa yang diletakkan pada dada klien sewaktu mengucap kata-kata.
  • Bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal sepanjang pohon bronkial untuk membuat dinding dada dalam gerakan resonan. Hal ini terutama benar pada bunyi konsonan. Kapasitas untuk merasakan dinding dada di sebut taktil fremitur. 
3.    Perkusi
Perkusi menentukan dinding dada dan dtruktur dibawahnya dalam gerakan, menghasilkan fibrasi taktil dan dapat didengar. Pemeriksa menggunakan perkusi untuk menentukan apakah jaringan dibawahnya terisi oleh udara, cairan, bahan padat atau tidak. Pemeriksa juga menggunakan perkusi untuk memperkirakan ukuran dan letak struktur tertentu didalam torak (diafragma, jantung, hepar dan lain-lain)

Prosedur pemeriksaan
Perkusi biasanya dimulai dengan torak posterior. Klien dalam posisi duduk dengan kepala posisi fleksi kedepan dan lengan disilangkan diatas pangguan. Posisi ini akan memisahkan skapula dengan lebar dan memajan area paru lebih luas untuk pengkajian. Prosedur tersebut adalah sebagai berikut:
  • Tangan kiri pada dinding dada dan jari-jari agak terpisah dan ejajar dengan iga-iga , jari tengah ditekan dengan lembut pada dinding dada.
  • Ujung jari tengah kanan dipakai untuk mengetuk pada falang media dari jari tengah tangan kiri
  • Jari yang melakukan perkusi harus cepat dingakat sehingga nada yang timbul tidak teredam.
  • Jari yang melakukan perkusi harus dalam keadaan setengah fleksi dan gerakan mengayun yang dijatuhkan harus dilakukan pada sendi pergelangan tangan dan bukan pada lengan bawah.
  • Mengusahakan agar kuku tangan dalam keadaan pendek.
Nada yang timbul dipengaruhi oleh ketebalan dinding dada, juga oleh struktur-struktur dibawahnya. Perkusi pada struktur yang padat seperti hepar atau daerah konsolidasi pleura menimbulkan nada yang redup. Perkusi yang berisi cairan seperti efusi pleura menimbulkan nada yang sangat redup atau nada pekak. Perkusi pada paru menimbulkan nada sonor dan perkusi pada struktur yang berongga seperti usus atau pneumothorak menimbulkan nada hipersonor.


4.    Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop. Dengan mendengarkan paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut, pemeriksa mampu mengkaji karakter bunyi napas, adanya bunyi napas tambahan, dan karakter suara yang diucapkan atau dibisikan. Dengarkan semua area paru dan dengarkan pada keadaan tanpa pakaian; jangan dengarkan bunyi paru dengan klien mengenakan pakaian, selimut, gaun, atau kaus. Karena bunyi yang terdengar kemungkinan hanya bunyi gerakan pakaian di bawah stetoskop.
Status patensi jalan napas dan paru dapat dikaji dengan mengauskultasi napas dan bunyi suara yang ditransmisikan melalui dinding dada. Untuk dapat mendengarkan bunyi napas di seluruh bidang paru, perawat harus meminta klien untuk bernapas lambat, sedang sampai napas dalam melalui mulut. Bunyi napas dikaji selama inspirasi dan ekspirasi. Lama masa inspirasi dan ekspirasi, intensitas dan puncak bunyi napas juga dikaji. Umumnya bunyi napas tidak terdengar pada lobus kiri atas, intensitas dan karakter bunyi napas harus mendekati simetris bila dibandingkan pada kedua paru. Bunyi napas normal disebut sebagai vesikular, bronkhial, dan bronkhovesikular.
Perubahan dalam bunyi napas yang mungkin menandakan keadaan patologi termasuk penurunan atau tidak terdengar bunyi napas, peningkatan bunyi napas, dan bunyi napas saling mendahului atau yang dikenal dengan bunyi adventiosa. Peningkatan bunyi napas akan terdengar bila kondisi seperti atelektasis dan pneumonia meningkatkan densitas (ketebalan) jaringan paru. Penurunan atau tidak terdengarnya bunyi napas terjadi bila transmisi gelombang bunyi yang melewati jaringan paru atau dinding dada berkurang.

1)    Prosedur pemeriksaan auskultasi
      Pemeriksaan menyeluruh mencakup auskultasi thorak anterior, posterior, dan lateral
  • Bagian diafragma stetoskop diletakkan dengan kuat menekan dinding dada ketika klien bernafas perlahan dan dalam melalui mulut.
  • Bagian dada yang berhubungan diauskultasi dengan cara sistematis dari apeks kebagian dasar dan sepanjang garis midaksila untuk menilai segmen-segmen paru
  • Urutan auskultasi dan posisi klien adalah sama dengan pemeriksaan perkusi
  • Sangat penting artinya untuk mendengarkan dua kali inspirasi dan ekspirasi penuh pada kedua lokasi anatomi untuk menentukan interpretasi valid dari bunyi yang didengar
  • Nafas dalam berulang dapat mengakibatkan gejala hiperventilasi  (cth: kepala terasa melayang). Gejala tersebut dapat dihindari dengan meminta klien beristirahat dan bernafas dengan normal satu atau dua kali pemeriksaan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar