1. Volume statis paru
Untuk mengenal Fungsi paru, perlu dikenal terlebih dahulu berbagai istilah yang menggambarkan volume dan kapasitas paru, yang merupakan pengukuran anatomis dan dapat dipengaruhi oleh latihan fisik dan penyakit, yang disebut volume statis paru-paru. Volume udara didalam paru-paru dibagi dalam volume dan kapasitas. Volume dan kapasitas adalah:
- Volume tidal (VT) = jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan
setiap kali bernafas pada saat istirahat. Volume tidal normal bagi
350-400 ml. - Volume residu (RV) = jumlah gas yang tersisa di paru-paru setelah
menghembuskan nafas secara maksimal atau ekspirasi paksa.
Nilai normalnya adalah 1200 ml. - Kapasitas vital (VC) = jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah
inspirasi secara maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80 %
TLC) Besarnya adalah 4800 ml. - Kapasitas total paru-paru (TLC) = yaitu jumlah total udara yang
dapat dimasukkan ke dlm paru-paru setelah inspirasi maksimal.
TLC = VT + IRV + ERV + RV. Besarnya adalah 6000 ml. - Kapasitas residu fungsional (FRC) = jumlah gas yang
tertinggal di paru-paru setelah ekspirasi volume tidal normal.
FRC = ERV + RV. Besarnya berkisar 2400 ml. - Kapasitas inspirasi (IC) = jumlah udara maksimal yang dapat
diinspirasi setelah ekspirasi normal. IC = VT + IRV. Nilai
normalnya sekitar 3600 ml. - Volume cadangan inspirasi (IRV) = jumlah udara yang dapat
diinspirasi secara paksa sesudah inspirasi volume tidal
normal. - Volume cadangan ekspirasi (ERV) = jumlah udara yang dapat
diekspirasi secara paksa sesudah ekspirasi volume tidal
normal.
TLC = FRC + IC dan RV = TLC - VC
Kapasitas dan volume statis paru |
2. Volume Dinamik Paru-Paru
Untuk mengetahui fungsi paru-paru kaitannya dengan adanya gangguan pernafasan, volume paru dinamik paru lebih banyak digunakan. untuk mendapatkan nilai-nilai parameter volume dinamik, dilakukan pengukuran dengan spirometer. Spirometer adalah alat untuk merekam fungsi paru. Pasien diminta menghirup nafas sedalam-dalamnya dan kemudian menghembuskannya secara cepat dan keras ke katup alat tersebut. Pada waktu pasien menggunakan spirometer grafik akan merekam pada sebuah rekorder yang dinamakan spirogram.
Parameter untuk menentukan fungsi paru yaitu dengan menguji volume dinamis paru, FVC dan FEV1
- FVC (Forced Vital Capacity) yaitu volume udara maksimum yang
dapat dihembuskan secara paksa, yang dapat kita ketahui kapasitas vital paksa dari penderita. Umumnya dicpai dalam 3 detik dan nilai normalnya adalah 4 liter. - FEV1 (Forced Expired Volume in one second) yaitu volume udara yang dapat dihembuskan paksa pada satu detik pertama.Nilai normalnya adalah 3,2 liter.
dalam satu detik → rasio FEV1/FVC = 75-80%
Basic of Pulmonary Function Test
- Obstructive Lung Disease = tidak dapat menghembuskan udara (unable to get air out). FEV1/FVC < 75%. Semakin rendah rasionya, semakin parah obstruksinya.
- Restrictive Lung Disease = tidak dapat menarik napas (unable to get air in). FVC rendah; FEV1/FVC normal atau meningkat
- FEV1/FVC : 60-75% = ringan
- FEV1/FVC : 40- 59% =sedang
- FEV1/FVC : < 40% = berat
Interpretasi dari Spirometri
- Obstruktif yaitu dimana jalan nafas yang menyempit akan mengurangi volume udara yang dapat dihembuskan pada satu detik pertama ekspirasi. Amati bahwa FVC hanya dapat dicapai setelah ekshalasi yang panjang. Rasio FEV1/FVC berkurang secara nyata. Ekspirasi diperlama dengan peningkatan perlahan pada kurva, dan plateau tidak tercapai sampai waktu 15 detik.
- Restriktif yaitu dimana didpatkan kondisi FEV1 dan FVC menurun. Karena jalan nafas tetap terbuka, ekspirasi bisa cepat dan selesai dlm waktu 2-3 detik. Rasio FEV1/FVC tetap normal atau malah meningkat, tetapi volume udara yang terhirup dan terhembus lebih kecil dibandingkan normal.
- Campuran. Ekspirasi diperlama dengan peningkatan kurva perlahan mencapai plateau. Kapasitas vital berkurang signifikan dibandingkan gangguan obstruktif. Pola campuran ini, jika tidak terlalu parah, sulit dibedakan dengan pola obstruktif.
Kontraindikasi penggunaan spirometri
Pada pasien yang mengalami hemoptisis (batuk darah) yang tidak diketahui penyebabnya, pneumorhoraks, angina pektoris, infark jantung, aneurisma thorak, aneurisma abdomen, aneurisma serebral, pasien yang baru menjalani prosedur pembedahan abdomen atau thoraks dan pasien yang mengalami syncope jika melakukan ekshalasi paksa.
3. PEF (Peak Expiratory Flow)
adalah kecepatan hembusan maksimum (dinyatakan dalam liter/menit) yang diukur pada 10 milidetik pertama ekspirasi. PEF lebih mudah menggunakan alat yang disebut peak flow meter. Umumnya digunakan secara pribadi dirumah oleh penderita asma untuk memonitor perkembangan penyakit asmanya. nilai PEF juga seringkali dipakai untuk menentukan derajat keparahan obstruksi, walau tidak sevalid nilai FEV1/FVC.
Peak Flow Meter |
Cara menggunakan Peak Flow Meter |
Nilai normal PEF berdasarkan tinggi badan
Tinggi badan (cm) / PEF(liter/menit
120=215
130=260
140=300
150=350
160=400
170=540
180=500
Catatan: diukur berdasarkan Wright Peak Flow Meter
Daftar Pustaka
Boron,W.F. (2008). Organization Of Respiratory System, in: Medical Fysiology, Chapter 25, Elsevier,
Philadelphia
Ikawati, Z. (2011). Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya. Jogjakarta: Bursa Ilmu
National Institute For Clinical Excellence (NICE). (2004). Chronic Obstruktive Pulmonary Disease.
Chest,59, Suool 1;1232